UEFA menunjuk wasit asal Portugal Pedro Proenca untuk memimpin laga penuh gengsi dan pertaruhan, final Liga Champions 2011/12 antara Chelsea dan Bayern Munich.
Ditunjuknya Proenca membuat sejumlah pihak mengernyitkan dahi karena namanya tidak begitu terkenal di dunia sepakbola Internasional sebagai wasit.
Ditunjuknya Proenca membuat sejumlah pihak mengernyitkan dahi karena namanya tidak begitu terkenal di dunia sepakbola Internasional sebagai wasit.
Proenca memang wasit yang relatif baru di kancah sepakbola Eropa. Dia baru memimpin 65 pertandingan UEFA, termasuk final Piala Eropa U-19 2004 dan dua laga final Piala Portugal.
Tapi di level kompetisi yang lebih tinggi dan rawan konflik, final Liga Champions 2011/12 akan menjadi pengalaman pertama Proenca.
Proenca juga merupakan wasit yang loyal dalam membagikan kartu. Bayangkan saja, di semua kompetisi di mana dia bertugas di musim ini, Proenca sudah mengeluarkan 169 kartu kuning dan 13 kartu merah. Itu berarti di setiap pertandingan, setidaknya 5,8 kartu kuning dikeluarkannya.
Proenca juga sudah beberapa kali memimpin sejumlah pertandingan di Liga Champions musim ini, namun jarang mendapat sorotan karena menjalankan tugasnya dengan bersih. Mungkin karena alasan itu UEFA menunjuknya memimpin laga Bayern kontra Chelsea di akhir pekan ini.
Dalam sebuah blog yang khusus mengomentari kinerja wasit, Proenca mendapat rapor yang cukup baik. Namun saat memimpin laga Inter melawan Olympique Marseille, ada hal negatif yang disoroti.
Proenca juga bisa dibilang tak memiliki pengalaman yang cukup untuk menangani laga penuh pertaruhan. Laga terbesarnya adalah saat memimpin laga leg kedua semi-final Liga Champions musim lalu, antara Manchester United dan Schalke 04.
Dengan United sudah mengantungi keunggulan 2-0 dari leg pertama, Proenca tak mendapat tekanan yang cukup untuk menguji kemampuannya membuat keputusan sulit di laga yang penuh intrik.
Tapi Proenca punya pengalaman buruk, imbas dari tugas yang dijalaninya di lapangan. Agustus tahun lalu, saat meninggalkan gym di sebuah pusat perbelanjaan di dekat stadion Benfica di Lisbon, dia mendapat serangan dari seorang fans, yang menyundul wajahnya, yang berakibat Proenca kehilangan dua giginya.
Semoga hal seperti ini tak terjadi lagi di masa mendatang, terutama saat laga antara Chelsea dan Bayern Munich di Allianz Arena pada 19 Mei nanti. Harapan lain, Proenca bisa menjalankan tugasnya dengan baik meski minim pengalaman di level kompetisi tingkat tinggi penuh tekanan.
Tapi di level kompetisi yang lebih tinggi dan rawan konflik, final Liga Champions 2011/12 akan menjadi pengalaman pertama Proenca.
STATISTIK PROENCA |
Pertandingan 29 Kartu Kuning 169 Kartu Merah (Akumulasi Dua Kartu Kuning) 9 Kartu Merah (Langsung) 4 Penalti Diberikan 8 Rata-rata Kartu Kuning 5,83 Rata-rata Kartu Merah 0,45 Rata-rata Penalti Diberikan 0,28 |
Proenca juga merupakan wasit yang loyal dalam membagikan kartu. Bayangkan saja, di semua kompetisi di mana dia bertugas di musim ini, Proenca sudah mengeluarkan 169 kartu kuning dan 13 kartu merah. Itu berarti di setiap pertandingan, setidaknya 5,8 kartu kuning dikeluarkannya.
Proenca juga sudah beberapa kali memimpin sejumlah pertandingan di Liga Champions musim ini, namun jarang mendapat sorotan karena menjalankan tugasnya dengan bersih. Mungkin karena alasan itu UEFA menunjuknya memimpin laga Bayern kontra Chelsea di akhir pekan ini.
Dalam sebuah blog yang khusus mengomentari kinerja wasit, Proenca mendapat rapor yang cukup baik. Namun saat memimpin laga Inter melawan Olympique Marseille, ada hal negatif yang disoroti.
Proenca sedikit membuat ribut dan kisruh, mungkin menjadi salah satu bentuk pengorganisasian kericuhan. Pertandingan yang dipimpinnya biasanya berjalan baik, tapi selalu ada masalah dengan komunikasi dan mengendalikan pemain dengan otoritasnya.
- Review Ref Marks (http://refmarks.blogspot.co.uk)
|
Proenca juga bisa dibilang tak memiliki pengalaman yang cukup untuk menangani laga penuh pertaruhan. Laga terbesarnya adalah saat memimpin laga leg kedua semi-final Liga Champions musim lalu, antara Manchester United dan Schalke 04.
Dengan United sudah mengantungi keunggulan 2-0 dari leg pertama, Proenca tak mendapat tekanan yang cukup untuk menguji kemampuannya membuat keputusan sulit di laga yang penuh intrik.
Tapi Proenca punya pengalaman buruk, imbas dari tugas yang dijalaninya di lapangan. Agustus tahun lalu, saat meninggalkan gym di sebuah pusat perbelanjaan di dekat stadion Benfica di Lisbon, dia mendapat serangan dari seorang fans, yang menyundul wajahnya, yang berakibat Proenca kehilangan dua giginya.
Semoga hal seperti ini tak terjadi lagi di masa mendatang, terutama saat laga antara Chelsea dan Bayern Munich di Allianz Arena pada 19 Mei nanti. Harapan lain, Proenca bisa menjalankan tugasnya dengan baik meski minim pengalaman di level kompetisi tingkat tinggi penuh tekanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar