Create your own banner at mybannermaker.com!
Copy this code to your website to display this banner!

Laman

Selasa, 24 April 2012

Harus Ada Langkah Strategis Untuk Mengurangi Risiko Kematian Di Lapangan


Kris Voakes dan Peter McVitie memberi laporan mendalam terkait dengan kasus atlet yang meninggal akibat masalah pada jantungnya.



Piermario Morosini
Getty Images
Meski perhatian Italia mulai beralih dari Piermario Morosini dan kembali ke perebutan juara dan pertempuran degradasi, kejadian tragis Sabtu lalu di Pescara tidak pernah terlupakan.

Morosini akan selalu diingat di Serie B dengan setiap pemain di lapis kedua memakai nomor 25 sebelum kemudian nomor tersebut dipensiunkan oleh mantanklubnya Reggina, Vicenza dan Livorno. Hidupnya juga akan diingat di setiap laga liga profesional dan amatir lainnya dengan mengheningkan cipta.

Kematian pemain pinjaman dari Udinese ini harus diingat dalam konteks yang sama sekali berbeda untuk waktu yang lama di masa mendatang, menyusul kasus yang terbaru dalam serangkaian pemain ternama tumbang karena jenis masalah jantung di semua level olahraga.

Ada komitmen dari petinggi Lega Pro untuk memastikan bahwa praktek penggunaan defibrilator (alat picu jantung) harus selalu tersedia dalam 134 stadion di Italia. Ini adalah langkah penting, tapi itu hanya salah satu dari sekian banyak kebutuhan yang perlu dibuat untuk mencegah korban tewas meningkat, tidak hanya di sepakbola profesional, tapi di semua jenis olahraga apapun tingkatnya.

Penghargaan Livorno untuk Morosini | Nomor punggunya akan dipakai di seluruh laga Serie B pekan iniMorosini mungkin tidak terselamatkan meskipun pertolongan pertama telah diberikan kepadanya, tetapi deteksi dini masalah jantung merupakan masalah yang perlu ditangani. Informasi saat ini menunjukkan bahwa pria 25 tahun itu tiba-tiba ambruk karena impuls listrik yang tidak menentu di jantungnya, tetapi lingkungan di sekitar kematiannya harus melihat hal ini sebagai peringatan bagi semua atlet, termasuk atlet sepak bola.
Italia adalah negara yang memiliki reputasi yang baik dalam deteksi dan pencegahan masalah jantung, contohnya dalam kasus Nwankwo Kanu. Tak lama setelah menandatangani kontrak Inter pada tahun 1996, pemain Nigeria ini dideteksi memiliki cacat jantung bawaan, dan pada bulan November tahun itu ia menjalani operasi untuk mengganti katup aortanya. Hampir 16 tahun kemudian, striker itu masih bermain sepak bola dan tahun 2000 dia mendirikan Yayasan Jantung Nwankwo Kanu yang membantu untuk mengobati masalah jantung pada anak-anak dan remaja di seluruh Afrika, dan telah mengawasi lebih dari 400 operasi jantung dengan 98,5 persen tingkat keberhasilan.

Stiker Manchester City Mario Balotelli, mantan rekan Morosini di tim U-21 Italia, menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan La Gazzetta dello Sport awal pekan ini bahwa dalam pengalamannya bermain di Inggris, setidaknya ada hal-hal bagi otoritas Liga Inggris yang bisa diambil pelajaran dari kontrol di Italia . "harus diambil tindakan yang nyata," kata Balotelli. "Di Inggris tidak ada pemeriksaan jantung seperti di Italia. Tindakan pencegahan untuk hal itu sangat perlu."
Tetapi jika bahkan sistem pemeriksaan yang sukses tidak dapat menyelematkan pemain, maka perawatan terbaik diperlukan untuk memberikan olahragawan kesempatan untuk bertahan hidup. Jelas, struktur pendukung diberlakukan berbeda dari liga untuk liga, negara ke negara, olahraga untuk olahraga, dan ini perlu ditangani untuk memberikan setiap pemain di setiap level, perawatan yang sebaik mungkin.
"Satu dari 500 orang yang melakukan olahraga memiliki kondisi tertentu yang akan membawa mereka meninggal karena masalah jantung"

- Dr Bruce Hamilton, 
kepala medis olahraga di Aspetar

Laporan terkait kegagalan jantung dalam dunia olahraga jauh meningkat dalam beberapa waktu terakhir, oleh karena itu pemantauan kondisi secara rutin adalah hal terkecil yang seharusnya ditawarkan kepada pemain. Tetapi untuk mencari apa pemeriksaan tersebut? dan mengapa ada masalah pada kondisi pemain?

Dr Bruce Hamilton, kepala medis olahraga di Aspetar, sebuah rumah sakit olahraga terakreditasi-FIFA di Qatar, mengatakan kepada Al Jazeera usai kematian Morosini bahwa kematian gagal jantung pada usia muda jauh lebih luas daripada yang pernah dibayangkan.

"Ada perbedaan antara orang berusia 25 tahun fit dan sehat, dengan 'pejuang akhir pekan' berusia 45 tahun. Pada orang berusia 25 tahun, ada kombinasi dari partisipasi olahraga yang intens dan memiliki kondisi tertentu. Kita tahu hal yang paling sering menimbulkan kematian pada seorang berusia muda berkaitan dengan olahraga adalah karena hypertrophic cardiomiopathy, dan itu terjadi pada satu dari 500 orang, jadi jika ada 500 orang di luar bermain olahraga maka yang memiliki kondisi tertentu akan mengalami gagal jantung dan meninggal," ujar Dr Hamilton.

"Ada beberapa penyebab lain juga, tetapi jika anda melihat angka tersebut dan berpikir mengenai berapa orang yang melakukan olahraga, misal hanya sepakbola, maka banyak orang yang terancam di luar sana."

"Sekitar 80 sampai 90 persen orang-orang  akan meninggal dalam olahraga karena masalah jantung. Total sekitar 200 ribu orang yang meninggal berkaitan dengan jantungnya saat melakukan olahraga."

Profesor Sanjay Sharma, konsultan ahli jantung pada untuk Olimpiade London 2012, kepada GOAL.com, menjelaskan bahwa peningkatan perbandingan kasus yang terjadi pada olahraga profesional sebagian karena meningkatnya ekspetasi dan intensitas pada olahraga.

"Tingkat kematian atlit saat ini sekitar satu dari 50 ribu. Saya menyadarinya dalam 17 tahun terakhir bahwa peningkatan tingkat kematian dari biasanya dan saya pikir ini terjadi diantaranya karena meningkatnya tekanan kepada atlet."

" Jika anda meluhat 30 tahun lalu ketika orang-orang berusaha memecahkan rekor empat menit dalam satu mil, yang merupakan hal sulit dilakukan saat itu, jika anda lihat sekarang, orang-orang yang lari maraton berusaha berlari secepat empat menit dalam satu mil untuk keseluruhan 26 mil. Jadi orang-orang semakin keras dalam berusaha dan saya yakin itu ada hubungannya," ujarnya.

KEMATIAN DI SEPAKBOLA AKIBAT MASALAH JANTUNG YANG TERCATAT SEJAK TAHUN 1970 
1970s2000s2010s
Nikola Mantov (1973)John Ikoroma (2000)Endurance Idahor (2010)
Pavao (1973)Eri Irianto (2000)Bartholomew Opoku (2010)
Michel Soulier (1977)Catalin Haldan (2000)Goran Tunjic (2010)
Renato Curi (1977)Landu Ndonbasi (2002)Ambrose Wleh (2010) 
1980sStefan Toleski (2002)
Wilson Mene (2010) 
Paulo Navalho (1987)Marc-Vivien Foe (2003)Andrei Mutulescu (2011)
Dursun Ozbek (1987)Miklos Feher (2004)Lokissimbaye Loko (2011)
Samuel Okwaraji (1989)Andrej Pawitskij (2004)Naoki Matsuda (2011)
1990sBruno Baiao (2004)
Bobsam Elejiko (2011) 
David Longhurst (1990)Serginho (2004)D. Venkatesh (2012)
Michael Klein (1993)Suvad Katana (2005)Piermario Morosini (2012)
Amir Angwe (1995)Nedzad Botonjic (2005)
Phil O'Donnell
Hedi Berkhissa (1997)Alin Paicu (2005)
Waheeb Jabara (1997)Paul Sykes (2005)
Emmanuel Nwanegbo (1997)Rasmus Gren (2006)
Robbie James (1998)Hugo Cunha (2006)
Axel Juptner (1998)Mohamed Abdelwahab (2006)
Markus Passlack (1998)Matt Gadsby (2006)
Stefan Vrabioru (1999)Nilton Pereira Mendes (2006) 



Marc-Vivien Foe

Ivan Karacic (2007)
Daniel Jarque
Antonio Puerta (2007)
Chaswe Nsofwa (2007)
Phil O'Donnell (2007)
Herve King (2008)
Rustem Bulatov (2008)*
Michael Baicu (2009)**
Daniel Jarque (2009)
Maurizio Greco (2009)
* Bulatov adalah pemain profesional yang bermain di pertandingan amatir ketika dia meninggal
** Baicu telah pensiun dari sepakbola profesional dan meninggal ketika bermain dengan teman-temannya.

Tabel di atas mendukung teori profesor Sharma, dengan tujuh kasus kematian yang tercatat antara tahun 1970 dan 1989, dibandingkan dengan sepuluh kasus di tahun 1990-an dan 28 kasus di 2000-an. Meski sedikitnya catatan kasus mungkin karena hanya sedikitnya figur di masa lalu, tidak diragukan lagi bahwa ada peningkatan masalah di lapangan. Itu terlihat pada kasus Marc-Vivien Foe, Antonio Puerta dan Daniel Jarque, yang semuanya bermain di sepakbola tertinggi, di mana kebugaran tubuh sangat dituntut.

Tetapi apakah perubahan makanan pesepakbola juga turut berperan dalam peningkatan kasus tersebut? Dalam sebuah studi oleh Belli dan Vanacore pada tahun 2005, memperlihatkan tingkat kematian di tiga liga tertinggi dalam sepakbola Italia pada tahun 1960 hingga 1996, ditemukan bahwa pemain memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat penyakit pada sistem sarat, terutama dari ALS (amyotrophic lateral sclerosis).

Suplemen makanan dan obat-obat sejenisnya diperkirakan memiliki potensi untuk menyebabkan ALS, dan profesor Sharma sepakat bahwa itu mungkin berperan dalam kasus dalam beberapa hari terakhir.

"Kematian meningkat pada atlet biasanya rendah jadi sulit memastikan apakah makanan peningkat stamina atau suplemen makanan juga bertanggung jawab. Umumnya, atlet yang meninggal biasanya karena kondisi yang sudah mereka jalani tetapi mereka tidak tahu karena 80 persen kondisi ini diam (tidak terasa)."


Antonio Puerta | Tumbang ketika bermain untuk Sevilla tahun 2007 dan kemudian meninggal di rumah sakit
"Kami menemukan bahwa ketika atlet meninggal, maka tidak akan ditemukan apapun dalam pembedahan mayat, hal tersebut menunjukkan bahwa mungkin makanan penambah stamina atau suplemen yang bertanggung jawab, tetapi kami hanya dapat mengatakan mungkin, kami tidak dapat memastikan karena tidak ada bukti."

"Ketika atlet meninggal kami melakukan pemeriksaan toksikologi tetapi hanya untuk menguji obat-obatan terlarang seperti amfetamin, kokain dan obat lainnya yang dapat meracuni atlet, tidak secara khusus suplemen yang anda temukan seperti di Red Bull, yang dapat anda bayangkan, jika seseorang minum sekitar enam kaleng Red Bull sebelum mereka bermain di pertandingan, maka secara teoritis itu dapat membuat anda gangguan jantung, tetapi karena kematian di atlet sangat rendah, kami hanya dapat berspekulasi mengenai ini karena tidak ada bukti."

Tetapi jika kondisi tersebut kerap 'diam', bagaimana pemeriksaan dapat diaplikasikan dengan lebih baik di negara-negara seperti Inggris?

"Saya tidak mengatakan bahwa kita harus memberi mandat ECGs atau membuat hal tersebut wajib, tetapi saya pikir kami harus membuat praktek yang tersedia untuk siapa saja yang berkompetisi pada level tinggi untuk melaksanakan tes tersebut sayangnya hal tersebut tidak terjadi pada kebanyakan atlet di Inggris," ujar profesor Sharma.

"Sebagian besar tidak mendapatkan tes apapun karena mereka biasanya membatasi pada pemain-pemain andalan mereka. Saya tidak yakin jika kami mampu menyediakan kepada lebih banyak atlet, kami dapat mengatasinya. Saya dapat memberi tahu anda dari pengalaman pribadi saya sebagai ahli jantung bagi organisasi amal karidologi terbesar, Cardiac Risk in the Young, kami menemukan satu yang mengalami masalah serius dari 300 atlet yang kami periksa."

"Jika seseorang minum sekitar enam kaleng Red Bull sebelum mereka bermain di pertandingan, maka secara teoritis itu dapat membuat anda gangguan jantung, tetapi karena kematian di atlet sangat rendah, kami hanya dapat berspekulasi mengenai ini karena tidak ada bukti."

- Profesor Sanjay Sharma, Ahli Jantung untuk Olimpiade London 2012
Pesan tersebut muncul dengan jelas bahwa hanya sebanyak itu yang dapat dilakukan pada satu kasus, dan masalah jantung adalah konsekuensi alami dari semakin kompetitifnya dunia olahraga di dunia modern, tetapi orang-orang juga butuh memahami lebih baik bagaimana jantung olahragawan dapat dipantau dan dirawat ketika dibutuhkan.

Kenyataan bahwa ada perbedaan level pemeriksaan yang diterapkan pada satu negara dengan negara lain perlu ditangani. Jika bahkan sistem sepakbola Italia tidak dapat menyelamatkan Piermario Morosini, maka negara lain harus memastikan bahwa setidaknya mereka menggunakan pedoman minimal dalam melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan. Pemeriksaan tersebut setidaknya meniru sistem Italia saat ini.

Penelitan lebih lanjut juga harus dilakukan di level medis untuk menemukan penyebab masalah jantung di usia muda. Dengan pembedahan mayat tidak dapat mendeteksi apakah suplemen makanan dan sejenisnya dapat membantu nyawa pemuda aktif berada dalam bahaya, maka perlu ada studi untuk memantau penggunaan dan efek dari zat-zat tersebut. Dan jika ditemukan peningakatan terhadap kerentanan masalah jantung, meskipun hanya 0,001 persen, maka semua itu harus dihilangkan dari olahraga.

Terlalu banyak orang yang meninggal di atas lapangan olahraga, dan dengan meningkatnya kasus di olahraga profesional sejak awal 2010 daripada tahun 1990-an secara keseluruhan, kita berada di jalur peningkatan untuk 28 kematian di satu dekade terakhir. Secara sederhana, kita tidak mungkin berdiam diri dan membiarkan hal ini terjadi.

Apapun yang dapat dilakukan untuk atlet muda harus dilakukan. Meski menghilangkan secara total kematian akibat masalah jantung adalah mimpi yang mustahil, pengurangan adalah hal yang mungkin, dan ada beberapa tahap yang harus diambil untuk membantu mengatasi salah satu masalah terbesar di olahraga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar